Sabtu, 13 Oktober 2012

Anak Punk dan Si Kakek | Baca Renungan

Anak Punk dan Si Kakek - Seorang kakek duduk di taman sambil menikmati indahnya sore hari. Tiba-tiba seorang anak muda bergaya Punk duduk di sebelah si kakek.


Rambut anak muda itu dicat Kuning dan Hijau, sementara rambut-rambut yang berdiri dicat Oranye dan Ungu. Di sekeliling matanya dikasih warna Hitam. Kakek-kakek itu bengong menatap si anak Punk.


Merasa terganggu oleh tatapan si kakek, si pemuda Punk bertanya, "Eh, Kek, kenapa liat-liat? Emangnya dulu waktu muda nggak pernah gila- gilaan ya?!"


Setelah menarik napas dalam, si kakek menjawab, "Tentu saja pernah. Dulu aku pemabuk berat, dan ketika mabuk aku memperkosa seekor burung merak. Aku sekarang sedang bertanya-tanya, jangan-jangan kamu adalah anakku..

Anak Punk dan Si Kakek | Baca Renungan

I Am What I Am | Baca Renungan

Ayat bacaan: Keluaran 3:14
"And God said to Moses, I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE" (English AMP)
]

Bergelut di dunia musik untuk masa waktu yang sudah lumayan lama membuat saya mengenal dan mendapati musisi-musisi yang justru bersinar sangat terang dibalik kelemahannya, baik mengenal secara pribadi maupun lewat sejarah hidup mereka. Ada seorang gitaris dengan gaya gypsi yang legendaris bernama Django Reinhardt. Lahir dengan jumlah jari utuh, musibah menimpanya di tahun 1928 ketika caravan yang ditumpanginya mengalami kebakaran. Tangan kirinya terbakar dengan kondisi yang sangat parah. Dengan sisa dua jari yang masih berfungsi di tangan kirinya ia malah berhasil menciptakan fingering system baru. Bayangkan memainkan senar-senar hanya dengan dua jari, mungkinkah? Rasanya sulit dipercaya. Tetapi Django justru mampu memainkan chord dan melodi keduanya hanya dengan dua jari. Django bersinar justru dibalik keterbatasan atau kelemahannya, mengatasi logika manusia. Di korea ada pianis muda wanita yang hanya memiliki empat jari. Tetapi ia mampu bermain lebih baik dari yang masih lengkap jari-jarinya. Di Indonesia saya bertemu dengan pemuda yang buta tetapi permainan pianonya sudah sekelas pemain terkenal dunia. Ada penyanyi yang buta, bahkan gitaris tim musik di gereja saya ada yang tidak mempunyai kaki dan sebelah tangan, tetapi masih mampu melayani para jemaat untuk memuji Tuhan sekalipun ia harus digendong untuk naik dan turun. Lewat mereka-mereka ini saya mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidup. Mereka tidak meratapi kekurangan mereka. Mereka tidak berfokus kepada keterbatasan kondisi mereka, tidak memandang kepada apa yang mereka tidak punya melainkan memaksimalkan apa yang masih mereka punya, dan itu ternyata mampu membuat mereka bersinar dengan hebatnya.

Betapa seringnya kita hanya sibuk memandang keterbatasan dan kekurangan kita. Kita mengeluh atas kelemahan dan mengabaikan kelebihan kita. Kita merasa percuma dalam berjuang karena terlalu sibuk memandang segala keterbatasan kita. Kita ragu akan kemampuan kita, kita ragu akan kesempatan untuk berhasil, padahal keraguan bukannya menolong tetapi justru membuat kita makin terpuruk. Seorang tokoh Alkitab yang sangat terkenal bernama Musa ternyata pernah mengalami keraguan yang sama ketika ia diutus Tuhan. Musa saat itu tidak lagi muda, dan ia merasa bahwa kemampuannya berbicara tidaklah baik.  Maka ketika Tuhan tiba-tiba memanggilnya dikala Musa sedang menggembalakan domba-domba mertuanya Yitro, ia pun ragu. Banyak pertanyaan hadir di benaknya dan itu ia sampaikan kepada Tuhan. "Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?" (Keluaran 3:11). Jawab Tuhan: "Bukankah Aku akan menyertai engkau?" (ay 12). Musa kembali bertanya, dan kemudian lihatlah bagaimana jawaban Tuhan berikut: "AKU ADALAH AKU." Lagi firman-Nya: "Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu." (ay 14). Dalam bahasa Inggrisnya lebih tegas: "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Meski Tuhan sudah berkata sebegitu tegasnya, serangkaian pertanyaan masih dikemukakan Musa berdasarkan keraguannya akan kemampuan yang ia miliki. "Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah." (4:11). Jika melihat versi bahasa Inggris, kelihatannya Musa memiliki masalah dalam berbicara. "..for I am slow of speech and have a heavy and awkward tongue." Tapi lihatlah jawaban Tuhan: "Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni TUHAN? Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan." (ay 11-12). Mungkin benar bahwa Musa punya kelemahan dalam hal berbicara. Musa bukanlah orator atau politisi yang pintar bersilat lidah, ia pun bukan penyair atau pengarang lagu yang handal merangkai kata. Tetapi Musa lupa satu hal, dan ini sangat penting. Bukan kemampuan kita yang menentukan, tetapi kuasa Tuhanlah yang memampukan.

Sepanjang berbagai kisah dalam Alkitab, Tuhan berulang kali membuktikan bahwa Dia sanggup memakai siapapun. Mulai dari gembala hingga pembantai orang Kristen, mulai dari anak-anak, wanita hingga orang tua, orang berdosa, pemungut cukai, nelayan, pelacur, semua bisa diubahkan Tuhan menjadi saluran berkatNya dan Dia pakai secara luar biasa. Paulus yang punya latar belakang sangat buruk sebagai pembantai orang Kristen, bisa diubahkan begitu luar biasa dalam sekejap. Paulus adalah mantan penjahat besar, tetapi bisakah kita bayangkan apa jadinya tanpa Paulus? Setelah Paulus aktif melayani, ia pun pada suatu kali pernah merasa terganggu atas kelemahannya dan meminta kepada Tuhan. Tetapi apa kata Tuhan? "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." (2 Korintus 2:9) Akhirnya Paulus pun menyadari bahwa bukan kemampuannya yang penting tetapi Tuhan lah yang memampukan, sehingga ia sampai pada satu kesimpulan, bahwa dalam kelemahannya-lah dia menjadi kuat. (2 Korintus 12:10).

Kelemahan kita, ketidakmampuan kita, keterbatasan kita, kekurangan kita, bahkan ketidaklengkapan kita sekalipun bisa dipergunakan Tuhan untuk menyatakan kuasaNya. Tuhan mampu memenuhi kita dengan kekuatan sehingga segala keterbasan kita bisa tetap dipakai untuk hal yang baik. Kita tetap bisa bersinar meski dalam keterbatasan. Yang pasti, jika itu rencana Tuhan, maka Dia sendiri telah menyediakan segala yang kita butuhkan. Dalam pandangan kita atau manusia mungkin itu terlihat tidak cukup, logika kita mungkin berkata bahwa apa yang kita miliki tidaklah ada apa-apanya, tetapi jika Tuhan yang menghendaki, maka apapun bisa terjadi. Para tokoh-tokoh musik yang saya sebutkan di atas sudah membuktikan bagaimana mereka justru bersinar terang di atas kelemahan mereka. Dalam melayani Tuhan pun demikian. Tidak harus super sarjana untuk berhasil dalam hidup, tidak harus jadi super pendeta untuk mampu melayani. Kita semua bisa dipakai Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya. We all can be used for His glory. Berbagai latar belakang kita, selemah apapun, bisa diubah menjadi sumber berkat luar biasa. Dibalik segala kelemahan kita, kuasa Tuhan justru menjadi sempurna. Bahkan Firman Tuhan secara spesifik berbicara mengenai hal ini dengan panjang lebar. "Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia dan yang lemah dari Allah lebih kuat dari pada manusia. Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti." (1 Korintus 1:25-28). Dalam segala keterbatasan kita, datanglah pada Tuhan dan berpeganglah padaNya. Kita akan terus bertumbuh dalam kekuatan, semangat, dan sukacita jika kita terus membangun hubungan dengan Bapa di Surga. Semua tergantung seberapa besar kita mau taat, seberapa besar kita mau mematuhi dan menuruti kehendakNya bagi hidup kita. Tuhan sudah berkata bukan kekuatan kita yang penting, melainkan kuasaNya. "I AM WHO I AM and WHAT I AM, and I WILL BE WHAT I WILL BE." Kita harus menyadari betul bahwa "Akulah Aku", itu jauh lebih penting dari siapa aku. Berhentilah fokus terhadap kelemahan, tetapi maksimalkan terus apa yang ada pada kita. Tuhan mampu memberkati kita secara luar biasa lewat apapun yang ada pada kita hari ini, dan Dia sanggup memakai itu untuk menjadi saluran berkat kepada orang lain disekitar kita.

"Kuasa Tuhan justru sempurna dalam kelemahan kita"

source : RHO

I Am What I Am - Baca Renungan

Iman Mengalahkan Rasa Takut | Baca Renungan

Ayat bacaan: Mazmur 121:4

Iman Mengalahkan Rasa Takut - Seberapa jauh ketakutan bisa menghantui kita dan membuat kita tidak nyaman dan terganggu? Rasa takut bisa membuat kita tidak bisa berpikir, gampang emosi, sulit tidur hingga merusak kesehatan. Rasa takut pun bisa menjauhkan kita dari Tuhan, membuat jarak yang merentang semakin panjang sampai-sampai kita tidak lagi bisa mendengar suara Tuhan atau merasakan kehadiranNya dalam hidup kita. Bagaikan seseorang yang terus berjalan menjauhi lawan bicaranya, semakin menjauh maka semakin kecil pula suara yang terdengar hingga lama-lama ia tidak lagi bisa mendengar apapun yang dikatakan lawan bicaranya diseberang sana. Seperti itulah perasaan takut, cemas atau kuatir yang terus dibiarkan merongrong perasaan kita. Memang benar, ada saat dimana rasa takut itu bisa muncul ketika kita menghadapi sebuah atau beberapa masalah, atau ketika menghadapi situasi tak pasti. Solusi tidak terlihat, sementara kita harus terus berhadapan dengan masalah tersebut dari detik ke detik. Jika kita terus membiarkan diri kita dicekam perasaan takut, maka rasa takut ini akan terus menggali jarak antara kita dengan Tuhan sehingga pada suatu ketika nanti kita tidak lagi bisa mendengarnya dan merasa bahwa Tuhan meninggalkan kita sendirian bahkan kemudian menjadi sinis dengan menuduh Tuhan bertindak kejam dan tidak adil terhadap kita.

Beberapa tokoh besar Alkitab pernah mengalami hal seperti ini dalam pergumulan mereka masing-masing. Ayub pernah mengalami kepahitan terhadap Tuhan. Lihat apa yang pernah ia katakan: "Semuanya itu sama saja, itulah sebabnya aku berkata: yang tidak bersalah dan yang bersalah kedua-duanya dibinasakan-Nya. Bila cemeti-Nya membunuh dengan tiba-tiba, Ia mengolok-olok keputusasaan orang yang tidak bersalah." (Ayub 22:23). Atau lihatlah bagaimana Daud meratap ketika ia berada dalam pergumulan. "Mengapa Engkau berdiri jauh-jauh, ya TUHAN, dan menyembunyikan diri-Mu dalam waktu-waktu kesesakan?" (Mazmur 10:1), "...janganlah berdiam diri terhadap aku..."(28:1), "Ya Allah, dengarkanlah doaku, berilah telinga kepada ucapan mulutku!" (54:4), "Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi terhadap permohonanku!" (55:2). Begitu sulitnya dunia yang kita jalani hari ini mengakibatkan banyak orang mulai kehilangan arah dan goyah imannya. Apakah benar Allah tidak sanggup mengangkat anak-anakNya keluar dari kesulitan? Tentu saja Tuhan sanggup. Tidak ada hal yang mustahil bagi Dia, tidak ada hal yang mustahil yang tidak sanggup Dia lakukan bagi orang percaya. Sesungguhnya Tuhan selalu perduli dan tidak pernah lengah dalam memperhatikan kita. Alkitab dengan jelas berkata: "Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel". (Mazmur 121:4).

Tuhan tetap ada mengawasi dan melindungi kita. Dia rindu untuk terus memberkati kita, bahkan menjanjikan posisi sebagai ahli waris KerajaanNya kepada semua orang yang mengasihiNya seperti apa yang tertulis dalam Yakobus 2:5. "Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?" Ketika hari-hari yang sulit ini tidak lagi bisa cukup disikapi dengan hanya mengandalkan kekuatan kita sendiri atau orang lain, inilah saat yang tepat bagi kita untuk menyadari bahwa tanpa Tuhan kita tidaklah mampu berbuat apa-apa. Di sinilah kita harus menyadari bahwa kita harus mengandalkan kekuatan Tuhan, Raja dari Kerajaan yang tidak tergoncangkan. Membiarkan rasa takut terus tumbuh dalam hidup kita tidak akan pernah membawa manfaat apapun. Justru itu akan semakin memperbesar jarak antara kita dengan Bapa yang baik dan setia, dan itu akan membuat segalanya justru bertambah runyam. Karena itu kita harus mengatasi rasa takut kita dengan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Kita harus senantiasa berseru kepada Tuhan dan harus senantiasa membangun hubungan yang semakin intim lagi dengan Tuhan. Tuhan tidak pernah lengah. Dia tidak pernah tertidur dalam menjaga kita, Israel secara rohani. Dia lebih dari sanggup untuk menurunkan mukjizatNya dan segera melepaskan anda dari himpitan beban masalah seperti apapun. Yang Dia perlukan hanyalah iman kita. Iman yang teguh, tidak goyah dalam kondisi apapun, dan tetap percaya dengan pengharapan penuh akan kuasa Tuhan.

Kita selanjutnya bisa melihat apa yang terjadi pada saat Yesus ada di dalam perahu bersama murid-muridNya ditengah badai dalam Matius 8:23-27. Benar, disana dikatakan Yesus tengah tidur di buritan. Dan pada saat itu murid-muridNya sempat panik menghadapi terjangan badai. (ay 24) Apakah itu berarti bahwa Tuhan tertidur dan lengah? Tentu saja tidak. Yesus tidak berkata, "maaf, Saya ketiduran.." atau "maaf saya lengah", tapi Yesus malah menegur murid-muridNya. "Mengapa kamu takut, kamu yang kurang percaya?" Lalu bangunlah Yesus menghardik angin dan danau itu, maka danau itu menjadi teduh sekali." (ay 26). Perhatikan bahwa situasi seperti apapun bukanlah menjadi masalah sulit bagi Tuhan. Tuhan justru menantikan reaksi dari kita untuk membangun sebuah hubungan yang didasari rasa percaya yang kokoh dan terus menjalin komunikasi yang baik dengan Dia.

Firman Tuhan berkata: "Beginilah firman TUHAN: "Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yang hatinya menjauh dari pada TUHAN!"  (Yeremia 17:5). Itulah yang terjadi apabila kita terus mengandalkan kekuatan sendiri sedang hati kita semakin menjauh dari Tuhan. Di saat seperti inilah kita harus mulai belajar untuk mengandalkan Tuhan lebih dari apapun juga. Kita harus mampu menyadari bahwa di dalam Tuhan ada pengharapan yang tidak pernah padam. Janji-janji Tuhan tidak akan ada yang sia-sia. Tuhan tidak akan pernah ingkar janji dan semuanya pasti Dia genapi. Imanilah hal itu dengan sungguh-sungguh, dan teruslah dekat padaNya dengan penuh rasa percaya. Dalam Mazmur dikatakan: "Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah." (Mazmur 55:23). Lalu ada pula tertulis "Apabila aku ingat kepada-Mu di tempat tidurku, merenungkan Engkau sepanjang kawal malam, sungguh Engkau telah menjadi pertolonganku, dan dalam naungan sayap-Mu aku bersorak-sorai. Jiwaku melekat kepada-Mu, tangan kanan-Mu menopang aku." (63:7-9), dan juga "TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya;apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya." (37:23). Ini semua adalah janji Tuhan yang berlaku bagi siapapun yang mengasihi Dia dengan iman yang teguh. Dalam Mazmur kemudian kita bisa menemukan sebuah pesan yang sangat indah, bahwa Tuhan akan selalu ada bagi kita semua yang setia dan berharap padaNya. (31:24-25). Masalah seperti apapun boleh datang, namun percayalah Tuhan sanggup melepaskan anda dari jeratan badai seganas apapun. Karenanya kalahkan rasa takut dengan iman anda, berpeganglah kepada Tuhan, Sang Penjaga Israel.

"Tuhan tidak pernah lengah menjaga anak-anakNya yang selalu mengasihi Dia dengan setia dan dengan iman yang teguh"