Selasa, 09 Juli 2013

Tokoh di Balik Lidah

Tokoh di Balik Lidah - Pada umumnya kita semua sudah tahu betapa besar peran perkataan atau ucapan dalam kehidupan. Banyak buku yang ditulis dan khotbah yang disampaikan mengenai hal ini. Faktanya, mari kita jujur, seberapa besar pengaruh nasihat dan buku yang ditulis mengenai lidah tersebut? Tidak banyak. Sedikit yang bisa berubah dan dapat berucap dengan bijaksana walau sudah membaca buku dan mendengarkan khotbah mengenai penggunaan lidah. Seakan-akan mereka tidak pernah mengerti bahwa lidah berperan besar seperti kemudi kecil di kapal besar, dan lidah juga bisa berbahaya seperti api. Alkitab jelas mengatakan bahwa lidah bisa merupakan dunia kejahatan di antara anggota tubuh yang sukar dijinakkan (Yak. 3:4-8). Mengapa hal ini bisa terjadi? Karena menganggap sepele hal penggunaan lidah, sehingga seseorang tidak pernah berhasil menguasainya. Satu hal yang harus diperhatikan untuk bisa berucap bijak adalah memperlakukan lidah sebagai bagian hidup yang dapat menjadi sangat berbahaya, merusak atau bahkan menghancurkan. Dapat menjadi berbahaya bukan berarti jahat, hal itu tergantung bagaimana mengelolanya. Sama seperti api dapat mendatangkan kebaikkan, tetapi juga dapat mendatangkan bencana. Oleh karena besarnya peranan lidah dalam kehidupan manusia, maka penggunaan lidah harus dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan (Mat. 12:36). Mengapa Alkitab secara khusus memberi perhatian kepada lidah? Mengapa bukan bagian tubuh yang lain? Sebab lidah dapat sangat berbahaya kalau tidak dikelola dengan baik.


Dengan memahami hal ini, kita harus menganggap lidah sebagai suatu ancaman yang membahayakan kalau tidak dikelola dengan baik. Dalam kitab Yakobus pasal 3 dikatakan bahwa binatang buas bisa dijinakkan tetapi lidah tidak mudah. Ini memberi suatu pesan agar kita dapat menjinakkan lidah. Persoalannya adalah dengan cara bagaimana kita dapat menjinakkan lidah? Tentu membiasakan diri tidak mengucapkan kata-kata yang tidak membawa dampak positif bagi orang lain. Dalam hal ini perkataan seperti sebuah peluru yang ditembakkan. Kita harus cakap menggunakan senapan yaitu lidah kita, kapan menarik picu dan dengan peluru apa. Kita harus mulai belajar mengendalikan lidah dengan memperhitungkan setiap perkataan yang kita ucapkan. Mengucapkan perkataan seperti membelanjakan uang. Memang uang bisa habis bila dibelanjakan, berbeda dengan perkataan yang memiliki persediaan tanba batas selama hidup di dunia ini. Justru dengan tanpa batas ini lebih berbahaya, sebab kalau seseorang tidak mampu menjinakkannya, maka ucapan akan mendatangkan bencana kepada banyak pihak.

So, jaga perkataan kita melalui lidah ya teman-teman. Tuhan memberkati.. 

Source : Buku Renungan Truth /

0 komentar:

Posting Komentar

Berpendapatlah dengan bijak, terima kasih