Konsekuensi Sebuah Keputusan - Aktivitas paling menyenangkan di keluarga kami adalah perbincangan
sebelum tidur malam. Suatu kali si bungsu menceritakan keinginannya
menjelajah dunia mencari beasiswa untuk sekolah di banyak tempat dan
berkarier di banyak negara. Saya memang bangga dengan prestasinya.
Namun, saya mengingatkannya pada konsekuensi cita-cita itu: ia harus
belajar dan bekerja lebih keras supaya dapat meraih beasiswa dan mampu
bersaing dengan tenaga kerja terdidik lainnya.
Tampilnya Yesus
dengan pengajaran yang berkharisma, dengan kuasa ilahi untuk
menyembuhkan, serta kepribadian-Nya yang hangat, memesona begitu banyak
orang. Lalu sesuatu yang tak lazim terjadi. Seorang ahli Taurat kaum
yang ”biasanya” memusuhi dan mencari kesalahan Yesus dengan penuh
kekaguman menyapa Yesus sebagai ”rabi” (guru besar). Bahkan, ia
menyatakan kerinduan untuk ikut Yesus ke mana pun. Saat menanggapinya,
Yesus seolah-olah berkata: ”Sebelum mengikut Aku, sadarilah keputusanmu,
sebab ada harga yang harus kaubayar.”
Yesus tak ingin menggalang
pengikut yang hanya terseret emosi sesaat. Semangatnya mudah berkobar,
tetapi sebentar kemudian surut dan lenyap. Yesus mengingatkan bahwa
mengikut Dia berarti menyangkal diri dan memikul salib (Matius 10:38),
lebih mengutamakan Dia di atas kepentingan sendiri dan keluarga (Lukas
14:26), dan membagikan harta bagi orang miskin (Matius 19:21).
Sanggupkah Anda memikul konsekuensi dari keputusan mengikut Dia? Jangan
ambil keputusan karena emosi atau ambisi. Ambillah keputusan karena Anda
menyadari bahwa Dia yang memanggil maka Dia akan memampukan Anda untuk
setia mengiring dan melayani-Nya.
IKUTLAH YESUS BUKAN UNTUK MENCARI BERKAT
TETAPI UNTUK MENJADI BERKAT
source : renunganharian.net
0 komentar:
Posting Komentar
Berpendapatlah dengan bijak, terima kasih